mivo tv

Senin, 26 Desember 2011

Pengganti nasi sebagai makan pokok


Beberapa puluh tahun lalu nasi (beras) masih dianggap simbol gengsi dan harga diri. Kalau tidak makan nasi, kita malu. Takut dianggap kere, miskin dan tidak mampu. Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan pengetahuan penduduk, kini masyarakat semakin mandiri terhadap pilihan pangan mereka. Menyantap bahan makanan pokok non-nasi, yang dulu dianggap rendahan (inferior), kini bisa dilakukan dengan penuh percaya diri.
            Namun bagaimanakah sesungguhnya nasib para pesaing nasi ini di tempatnya masing-masing?

Jagung: kaya serat, berlimpah gizi
Memilih jagung sebagai makanan pokok seharusnya membanggakan. Dibanding beras, jagung lebih banyak mengandung gizi, termasuk vitamin dan mineral. Kandungan seratnya lebih tinggi. Jagung lebih unggul dari beras dalam kandungan protein, vitamin B1, betakaroten, kalsium, dan zat besi.
            Penduduk Pulau Madura dulu mengutamakan jagung sebagai makanan pokok. Jagung pipil kering biasanya digiling hingga menjadi “beras jagung”, yakni jagung pecah sebesar butiran-butiran beras. Setelah direndam hingga empuk, “beras jagung” campur beras diaroni bersama air secukupnya hingga kesat dan setengah masak. Selanjutnya, aronan “beras jagung” dikukus hingga masak dan menjadi nasi jagung.
            Selain Madura, sebagian penduduk Jawa Timur lainnya juga menyantap nasi jagung sebagai makanan pokok. Sebagian lainnya, seperti di Malang, penduduk menikmati jagung sebagai nasi ampog. Bedanya dengan nasi jagung, nasi ampog dibuat dari tepung jagung tradisional. Setelah direndam hingga empuk dan ditiriskan, jagung pipil ditumbuk halus tanpa diayak. Cukup dengan ditampi dan diinteri (tepung diputar) menggunakan nyiru untuk mendapatkan bagian tepung jagung halus. Nah, tepung jagung tradisional ini kemudian diperciki air masak hingga lembap, lalu dikukus hingga masak. Jadilah nasi ampog.
            Warung Mbak Jam termasuk salah satu tempat populer untuk menikmati nasi ampog di Malang. Lokasinya di tengah Pasar Dinoyo. Sepiring nasi ampog disajikan bersama urap sayuran, sayur lodeh, dan bali tahu, dilengkapi rempeyek teri dan rempeyek kacang. Hmm enaknya…

Ubi jalar: ubi bakar, nasi ubi   
Umbi manis ini menjadi makanan pokok penduduk Lembah Baliem, Papua. Mereka menyantapnya sebagai ubi bakar, bersama lauk hewani bakar – cara memasak tradisional yang mereka kuasai. Sayangnya, mereka tidak makan juga daunnya sebagai sayuran. Padahal, daun ubi jalar alias ketela rambat bisa menjadi pelengkap nutrisi dari umbinya.
Rasa manis ubi jalar menjadi penanda tingginya kadar karbohidrat sederhana mudah cerna. Hal ini menjadikan ubi jalar lebih cepat memberikan energi bagi tubuh dibanding makanan pokok lainnya.
Meskipun kandungan proteinnya tidak tinggi, ubi jalar memiliki keunggulan dalam kandungan mineral, khususnya kalsium, fosfor, dan zat besi. Kandungan betakarotennya pun sangat menonjol. Kelebihan ini menjadi penopang rendahnya penderita anemia –terutama anemia gizi besi– dan gangguan penglihatan di antara penduduk penyantap makanan pokok ubi jalar. Akan lebih bagus jika nutrisi daunnya juga terkonsumsi, karena warna hijau gelap daun ubi jalar mengisyaratkan tingginya kadar kalsium, zat besi, dan betakaroten.
Di Bali, terutama warung-warung di pantai, nasi ubi menjadi makanan favorit para pelancong. Cincangan ubi jalar yang dicampurkan ke dalam nasi disajikan bersama masakan sayuran dan lauk-pauk khas Bali.

Kentang: makanan pokok “bule”
Kebiasaan kolonial menyantap kentang sebagai makanan pokok ternyata tidak berjejak pada kebiasaan makan penduduk Indonesia. Sebagian kecil saja hidangan akulturatif Indonesia yang memanfaatkan kentang sebagai makanan pokok pendamping, seperti selat solo, bestik – biasanya dilengkapi setup (sayuran) dan kentang ongklok, galantin dengan pure kentang.  
Kentang belum menjadi pilihan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, kecuali ketika mereka menikmati fast food. Hanya  terbatas kalangan berada yang sering menyantap makanan pokok kentang ketika mereka menikmati steak.
Sesekali penduduk menikmati kentang lebih banyak ketika menyantapnya sebagai kudapan (snack), antara lain berupa kroket kentang atau pastel tutup. Selebihnya secara tradisional kentang masih dianggap sebagai bagian dari sayuran. Misalnya untuk campuran sup, soto betawi, atau semur.
Selain kaya karbohidrat sumber kalori dan mudah mengenyangkan, nutrisi kentang biasa saja. Kalah unggul dari jagung maupun ubi jalar. Walaupun demikian, kentang layak dimasukkan dalam daftar menu harian pengganti nasi, karena mudah didapat dan harganya relatif murah.
            Sebagian penduduk justru sudah lazim menyantap kentang hitam sebagai makanan pengenyang, meskipun bukan sebagai makanan pokok. Kentang hitam –sering disebut kentang kumis, karena umbinya masih ditempeli sedikit akar serabut– nutrisinya lebih baik daripada kentang. Karena lazim disantap utuh bersama kulitnya, kentang hitam lebih kaya serat. Kentang hitam berukuran sebesar ibu jari tangan. (N)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar